Jumat, 28 Desember 2012

silik/silEk lampung_-bela diri pribumi lampung

Pesta Topeng di Lambar, Pengobat Rindu Masa Muda
Tribun Lampung - Rabu, 22 Agustus 2012 21:45 WIB
pesta-topeng-lambar.jpg
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID/SULIS SETIA
pesta topeng lambar
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID-Banyak cara dilakukan umat Muslim dalam merayakan hari kemenangan atau Lebaran. Itu sebagai wujud syukur setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa selama Ramadan. Di Lampung Barat (Lambar), masyarakat setempat merayakan Lebaran dengan Pesta Sekuraan atau sakuraan (topeng).

Cuaca nampak terik, Rabu (22/8/2012) siang. Namun, sepertinya tak menyurutkan niat ribuan warga untuk berkumpul dan memadati halaman Gedung Dalom (rumah adat) sampai di pinggiran jalan tak jauh dari gedung yang berada di Pekon Balak, Kecamatan Batu Brak. Masyarakat mulai dari anak-anak sampai usia dewasa nampak antusias mengenakan topeng yang menjadi ciri khas pesta sekuraan.

Selain akan melakukan atraksi panjat pinang yang memang sudah disiapkan oleh masyarakat setempat, beberapa masyarakat yang mengenakan topeng ini juga melakukan aksi silik atau sile (pencak silat) di pelataran Gedung Dalom.

Menurut Asli Nursiwan, warga Lampung Barat, Pesta Sekuraan merupakan ajang untuk silaturahmi atau halal bihalal antar sesama warga. Lebih dari itu, dijadikan momen berkumpul dengan sanak famili.

"Biasanya dilakukan mulai tanggal dua syawal (Lebaran kedua), dan berlangsung selama kurang lebih satu minggu ke depan. Di beberapa desa atau pekon secara bergantian menggelar pesta walaupun tidak jarang dalam satu hari ada dua desa atau lebih secara bersamaan mengadakan sekuraan," tuturnya kepada Tribun Lampung.

Sebagai warga asli, bapak 55 tahun ini sangat menanti kehadiran Pesta Sekuraan. Menurutnya, itu bisa mengobati rindu akan masa muda dahulu, saat dirinya juga turut serta melestarikan budaya satu ini. Kini, sambung dia, meskipun hanya sebagai penonton, bukan berarti dia abai terhadap warisan budaya nenek moyang.

Dalam sebuah pesta sekura, kata suami Yuminda ini, ada dua jenis sekura yakni sekura kamak dan sekura betik. Keduanya memiliki pengertian yang berbeda.
Diterangkannya, sekura kamak topengnya lebih unik dan menggunakan peralatan seadanya. "Kebanyakan sekura ini pakaiannya agak kotor karena memang sekura jenis inilah yang akan melakukan panjat pinang," jelas dia.

Sementara untuk sekura betik adalah sekura yang pakaian dan peralatan topengnya lebih bersih dan rapi. Biasanya pakaiannya berupa sarung. Menurutnya, pada September tahun lalu, Pemerintah Kabupaten Lambar menggelar festival 1001 Wajah Topeng Sakura dalam memeriahkan rangkaian HUT ke-20 Lambar. Dia pun turut menjadi penonton di sana.

"Ya, yang saya inginkan budaya kita ini tetap terus dilestarikan agar tidak punah. Karena memang banyak generasi muda yang sulit untuk diajak melestarikan kebudayaannya sendiri," ucapnya.

Pantauan Tribun, Pesta Sekuraan pada 20 Agustus lalu dimulai di Kenali (Kecamatan Belalau) dan Kembahang, esoknya di Kotabesi (Batubrak) dan Pekon Gunung Sugih (Balik Bukit), kemudian berlanjut di Pekon Balak (Batu Brak).

Klimaks acara sekuraan pada 26 Agustus mendatang sekaligus untuk memperingati HUT ke-21 Lambar  di lapangan pemkab setempat, dengan mengusung tema "Pesta Topeng Sekura 2001 Wajah".(sulis setia markhamah)

Editor : taryono
Akses lampung.tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat lampung.tribunnews.com/m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar