Senin, 29 April 2013

pendikar(lampung's knight)

pendikar dengan r di baca di langit langit tenggorokan adalah istilah pendekar dalam masyarakat lampung pribumi(suku lampung).yakni seseorang yang mumpuni dalam jenis bela dirinya.istilah lainnya yang sama dengan jawara' dalam istilah sunda adalah jaguk,jawara dengan r dibaca di langit langit tenggorokan.yang dalam penulisan latin bisa di tulis pendikakh,pendikagh,pendikar dengan r di baca di langit langit tenggorokan
seperti membaca ghin dalam aksara hijaiyah/aksara arab

silat lampung (lelucon indonesiaisasi seni bela diri suku lampung)

silat dalam pengertian umum dalam bahasa indonesia adalah kata yang merujuk pada pencak silat.namun dalam bahasa lampung silat bukanlah seperti itu.khusus nya kami di krui(marang dan sekitarnya;tempat kelahiran penulis),silat berarti keseleo.jadi sangat lucu  untuk mengaitkan seni bela diri suku lampung dengan kata"silat"yang berarti keseleo bagi masyarakat pribumi nya.bela diri asli suku lampung dikenal dengan nama silEk lampung/lappung,silik lampung/lappung,pincak lampung/lappung.jadi istilah bela diri suku ini bukan silat/pencak silat.contoh kalimat "ti hariko silat kuti no kik silEk sambil memainan"yang artinya "awas/hati hati keseleo kalian tu kalau bersilat gak serius".istilah pencak silat sebenar nya lumayan juga.tapi kata silat nya masih terasa janggal dan kurang mengena.sebab istilah yang benar adalah pincak,silEk,silik.jujur kami tidak keberatan jika orang menyebut silik lampung/lappung atau silEk lampung/lappung,bahkan pincak lampung/lappung.tapi menurut hemat penulis dan pendapat pribadi yang paling tepat adalah silik/silEk sebab pincak dalam pengertian penulis berdasankan lisan/sebutan masyarakat yang tertangkap penulis(study kasus selama penulis tinggal di krui khusus marang,ngambur,dan skitarnya)adalah gerakan2 bersilat nya saja bukan untuk bertarung(busilik/bsilEk).jadi pincak bisa dibilang untuk gerakan seni pertunjukan sedangkan silek/silik adalah istilah komprhensif untuk kata pencak silat.tapi istilah pincak lampung juga masih bisa di terima,yang pastinya silat lampung sangat tidak pas untuk menggambarkan seni bela diri asli suku lampung,indonesiaiasi istilah silik/silEk/pincak lampung dengan kata silat sangat tidak tepat.pencak silat juga kurang tepat karena berarti pencak keseleo kan lucu.ha ha ha

penulis:joni sepriyan bin rizwar hakim bin m yusuf al lampungi
meranai lampung krui
rantauan di inderalaya
mahasiswa universitas sriwijaya
jurusan manajemen

istilah istilah lain yg tak umum dalam silEk lampung(saat belajar)

klabai(induk)
pecohan/mecoh
kuncian/ngunci
mukak/bukak/ngebukak kunci

kumbang
buah
gilek/gilik
siyam
tangkok/tangkop
tangkok bunuh
segung
acung
pantos
hantok
siku
hantam
pergus/pergusko
cambusko
tangkap gadis
patoh
cancan/cating/kating
bekom
cucuk mata
gehasa
kuda kuda
pasang/posisi pasang
jong pendikar
jong sila
cengngeguk
cecok
setengah
main dibbah
main datas
dulik
tenggegak
lungkop
dulik ngiri
dulik nganan
tangkis
keluar
kedalam
gawi adat
petuah petuah
bessi
lading
candung
pedang
cabang/trisula
rampak ulu
pesslok
main rapot
main jarang
main dujung
keroh/gigik
lui
ingu
miyoh
mising
ulu/hulu
culuk
cukut
tuwot
galah
pusor
nyekik/nyekEk
ipon
bigotko
tarEk/tarik
rah
pegat/mati
srigo
graw
pettak
bepettak
kelai/bekelai








mawong lampung camp

adalah camp khusus yang didedikasikan untuk mengekplorasi seni bela diri suku lampung.karena keterbatasannya kini belum memiliki sekret khusus atau tempat khusus namun mengikuti dimana Q tinggal.he hehe.karena ke ekslusifan bela diri ini maka masih terdapat banyak pertimbangan pertimbangan untuk mendemontrasikan nya secara terbuka.disamping "rabai nyalahan" di tetuha marga,di guru2,dan ninikpuyang.sudah beberapa orang yang q latih baik intensive Q maupun iseng2 aja menampakkan minat yang sangat besar akan seni bela diri suku lampung.bahkan mereka meminta agar membuka perguruan dan menjaring murid,katanya mereka siap bantu.tapi..hem lagi lagi ku masih ragu.
mengapa ku memilih nama mawong lampung?bkn halimawong lampung atau alimawong lampung yang cuma biar mudah aja penyebutannya tanpa merubah artinya.sebenarnya sie,awalnya q mau menggunakan silEk lampung tapi setelah ku pekir pikir n kupertimbangkan silEk kan identik dengan padang.silik lampung/pincak lampung jadi alternatif tapi kurang memuaskan.karena seni bela diri suku lampung tidak seragam penyebutannya dalam masyarakat namun saling mengerti apa yg di maksudkan.penyebutan beladiri asli suku ini yakni:
silik lappung/lampung
silEk lappung/lampung
pincak lappung/lampung
jalan tengahnya maka ku buat mawong lampung yakni arti harfiahnya yakni harimau lampung
yang makna filosofisnya adalah ksatria lampung.yakni wadah guna mengekplorasi seni beladiri suku bangsa lampung.
meski pun silEk/silik/pincak lampung bukan hanya identik dengan halimawong(harimau)tapi juga dengan selimokh(sejenis golira/orang hutan besar).

tabik jama kuti sunyinni

penulis:joni sepriyan
meranai lampung krui rantauan
mahasiswauniversitas sriwijaya
jurusan manajemen

mawong lampung

mawong lampung atau halimawong lampung arti harfiahnya adalah harimau lampung.namun dalam pengertian ini  bisa ditafsirkan sebagai ksatria lampung atau pendikar(pendekar)lampung.harimau adalah si raja hutan yang melambangkan keperkasaan di analogikan pada manausia yang berjiwa ksatria.

BAYU NOVIANDO: LOGO KERUKUNAN KELUARGA KOMERING BETUNG (KKKB) LAM...

BAYU NOVIANDO: LOGO KERUKUNAN KELUARGA KOMERING BETUNG (KKKB) LAM...

skala bhra situs peradaban awal masyarakat lampung pribumi

Jumat, 06 Maret 2009

Asalni Canggu Lampung Barat


Tidak Banyak yang tahu bahwa pekon Canggu yang terletak di Ke. Batu Brak Lampung barat berasal dari peristiwa pembunuhan pengacau dari daerah banten oleh jawara dari Buay Belunguh. Cerita tentang peristiwa ini terungkap dari tari kreasi Cangkon hulu oleh sanggar Stiwang liwa lampung barat, yang ditampilkan pada parade tari nusantara 2008 di TMII.
Dari tari ini terungkap kisah tentang seorang pengacau daridaerah banten yang sakti bernama SI BUYUH.Untuk mengalahkan si Buyuh maka dibuat sayembara untuk mengalahkan nya. Kemudian ada seorang jawara dari buay belunguh berhasil mengalahkannya dengan dipenggal kepalanya dengan tongkat sakti seraya kepala SI BUYUH diangkat seraya berteriak, CANG KON HULU (angkat kepala ). Cang Kon Hulu kemudian diabadikan menjadi nama CANGGU yang merupakan suatu daerah di Batu Brak Lampung Barat yang saat ini terkenal dengan kota Jagung Indah (Sumber Fotografer.net)

Jumat, 13 Februari 2009

Bukan Mimpi, Sekala Brak Memang masih Ada

DI dalam buku The History of Sumatera (1779), William Marsdn sebagai penulis memaparkan temuan terkait dengan masyarakat di Lampung. Adalah kerajaan bernama Sekala Brak yang terbentuk sekitar abad ke-3 dengan Raja Buay Tumi yang ia relasikan dengan peradaban awal daerah ini. Juga soal tersusunnya aksara dan angka tersendiri yang sudah kuno, disebut Had Lampung. Perkembangannya berawal dari daratan Belalau di selatan Danau Ranau yang berdekatan dengan Gunung Persagi, atau wilayah administratif Lampung Barat, Sumatra Selatan, yang sekarang. Dengan mengikuti aliran sungai, penduduk kerajaan ini kemudian mengalami perpindahan dari waktu ke waktu. Menuju Way Sekampung, Way Kanan, Way Semaka, Way Besai, Way Umpu, Way Rarem, Way Seputih, dan Way Tulang Bawang dalam wilayah Lampung, Palembang, serta Pantai Banten. Masih adakah sisa-sisa kerajaan yang diceritakan Marsdn, si sekretaris presiden dan konsul Benteng Marlborough Bengkulu? Jawabannya ada di Sultan Sekala Brak Ke-23 Edward Syah Pernong yang kini menjadi sosok legitimasi untuk masuk ke kehidupan kerajaan tua itu di masa modern. Pria bergelar Sultan Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi tersebut meluruskan bahwa Sekala Brak hingga kini masih mengisi segala syarat adanya sebuah kerajaan. Ada rakyat, wilayah, adat istiadat, pusaka, dan masih mengantongi pengakuan rakyatnya atas kerajaan. "Sekala Brak memiliki jutaan warga di Lampung Barat dan sekitarnya. Juga 175 suku di bawah kerajaan adat," kata Pernong yang pernah menjabat Kapolres Jakarta Barat, Selasa (25/11) di Jakarta. Bahkan ia mengingat saat naik takhta 19 Mei 1989 silam ada jutaan warga Lampung turut hadir dalam upacara adat. Pernong mengatakan segalanya sudah berubah modern sekarang. Posisi raja pun tak sekadar kedudukan yang minta dilebih-lebihkan ataupun disembah. "Justru raja menjaga dan melestarikan budaya, mengidentifikasi kembali komunitasnya, meningkatkan solidaritas, dan mengeksplorasi artefak adat guna kepentingan wisata," ujar Perdana Menteri Sekala Brak Pangeran Ike Edwin, sosok yang sehari-hari lebih dikenal sebagai Kapolres Jakarta Pusat.
Peradaban Sekala Brak memang menyisakan banyak peninggalan kuno seperti batu tulis besar di Bunuk Tuar atau haur kuning (liwa), batu kepapang atau batu bercangkah di Tanjung Menang Kenali, dan situs batu bekhak di Pekon Purawiwitan Sumberjaya.
Istana Kerajaan Sekala Brak sudah hancur oleh serangan Belanda antara 1810 dan 1820. Kini yang tersisa adalah Gedung Dalom, pengganti istana yang dibangun pada 1830.
"Dulu arealnya ratusan hektare dan dipenuhi rumah-rumah suku," urai Pernong. Tetapi lahan Gedung Dalom yang sekarang tinggal 3.000 meter persegi, dikelilingi rumah kepala suku yang tersisa dan rakyatnya. Daratan Belalau kini menjadi tempat pertapaan yang ramai dikunjungi masyarakat. Struktur internal kerajaan masih cukup rapi sebab raja terus dipilih berdasarkan tradisi kesaibatinan atau autokratis berdasarkan keturunan tertua. Hulubalang yang dipakai untuk menjaga kalangan kerajaan zaman dulu kini pun tetap dilestarikan, walau jumlahnya jauh berkurang ketimbang masa lalu. "Dalam sejarah, harus ada 41 hulubalang. Sekarang ini, kami hanya memiliki 18 hulubalang," ujar Pernong. Hulubalang ini memiliki keahlian bela diri dan dibekali silat cimande di Batu Sangkar selama dua tahun. (Sumber Media Indonesia)

Pakar Etnik Lampung dari Negeri Sakura(Yoshie Yamazaki)

Yoshie Yamazaki
MESKIPUN berasal dari negeri nun jauh di sana (Jepang), sosok Yoshie Yamazaki begitu fasih berbicara tentang etnis Lampung. Baik dari filosofi hidup hingga produk budayanya.

Baginya, etnik Lampung merupakan suku bangsa yang demikian kuat menjaga harga diri, kehormatan, dan rasa malu atau lebih dikenal piil pusanggiri. Serta sifat keterbukaan kepada kaum pendatang atau nemui nyimah hingga kedua masyarakat dapat hidup harmonis berdampingan.

"Dalam antopologi, hal ini disebut koeksistensi. Di mana dua masyarakat berbeda kultur budaya dapat hidup saling berdampingan," kata Sensei Yamazaki, panggilan akrabnya.

Menurut dia, hal ini tak lepas dari keberadaan hukum adat etnik Lampung itu sendiri. Dalam hukum adat Lampung, kata dia, memungkinkan terjadinya perkawinan campuran antara penduduk asli Lampung dan etnik pendatang (luar Lampung). Setelah terjadi perkawinan secara adat, maka si pendatang dapat diterima menjadi bagian dari masyarakat adat Lampung.

Yamazaki berkesimpulan etnik Lampung sejak dahulu kala sudah memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kelengkapan hukum adat, aksara, bahasa, hingga produk budaya yang bernilai tinggi, terutama dalam bidang tekstil. "Teknologi menenun tapis merupakan teknologi tinggi pada masanya," kata dia.

Perkenalan Profesor Comparative Religion and Religious Anthropology pada Tokyo University of Japan ini dengan etnik Lampung bermula pada awal 1980. Ketika itu dia terpaksa datang ke Lampung demi mendampingi sang suami, Akira Yamazaki. Kala itu, suaminya merupakan tenaga ahli pada Dinas Pekerjaan Umum (PU) Lampung untuk kepentingan irigasi.

Dikatakan terpaksa, karena pada awalnya sang suami menetap sendirian di Lampung. Namun, karena tidak tahan hidup sendirian, Akira Yamazaki memboyong keluarganya di Jepang untuk tinggal di Lampung, termasuk Yoshie yang kala itu merupakan dosen sekaligus peneliti pada Kyoei University of Japan. "Agar bisa tinggal di Lampung saya mengajukan penelitian tentang etnik Lampung," ujarnya.

Sensei Yamazaki ketika itu mengambil judul Akulturasi dan Modernisasi Suku Bangsa Lampung. Setelah memperoleh restu dari pihak universitas, Yamazaki pun terbang ke Lampung. Karena metode penelitiannya bersifat intensif komprehensif, Yamazaki memilih Buwai Selagai pada masyarakat Abung Siwo Mego.

Penelitian ini berlangsung dalam waktu 1,5 tahun dan berakhir dengan selesainya masa tugas sang suami pada 1982. Namun, penelitian yang tak tuntas dan juga tak sempurna membuat dia penasaran.

Kecintaan Yamazaki terhadap etnik Lampung justru makin besar. Hingga akhirnya dia memohon kembali pada almamaternya untuk melakukan penelitian lanjutan selama dua tahun, terhitung sejak 1984 hingga 1986. "Saya sangat beruntung karena mendapatkan informan yang sangat kompeten hingga penelitian saya sempurna," kata dia.

Sosok informan yang dia maksud adalah tokoh tetua adat dari Buwai Selagai masyarakat Abung Siwo Mego, yakni Bapak Syahming bergelar Saripati Marga. Dalam proses penelitian ini, Yamazaki kerap pulang pergi Tanjungkarang Pusat?Way Rarem. Dari pagi hingga malam. Karena sifat penelitiannya yang intensif, Yamazaki mengupas seluk beluk adat Buwai Selagai secara utuh.

Di Jepang, penelitian ini ia publikasikan dalam sebuah buku yang diterbitkan oleh Tokyo University. Setelah menyelesaikan penelitiannya pada Buwai Selagai ditambah Buwai Nunya pada 1986, Yamazaki pun kembali ke negara asalnya.

Hampir sepuluh tahun lebih dia tak lagi bersentuhan dengan budaya Lampung. "Saya sempat kembali ke Lampung atas ajakan anak saya. Tapi itu kunjungan wisata dan bukan penelitian, jadi hanya sesaat saja," kata dia.

Pemda Harus Lestarikan Tekstil Lampung

KEUNGGULAN kualitas tekstil Lampung, menurut Yamazaki, terlihat dari dua buah buku bertitel Indonesian Tekstil terbitan New York yang sebagian besar didominasi oleh foto-foto tekstil Lampung. Baik berupa kain tapis atau kain inuh. Saat ini pun Yamazaki telah mengumpulkan beberapa tekstil Lampung.

Terakhir kali dia membeli kain sungkai seharga Rp10 juta untuk menjadi koleksi pribadi. Yamazaki berharap ada pihak, terutama pemerintah daerah, yang menaruh perhatian lebih terhadap pelestarian dan keberadaan tekstil Lampung.

Menurut dia, hasil kebudayaan itu akan berada pada masa kepunahan karena alat tradisional dan ahli tenunnya telah makin berkurang. "Sulit rasanya untuk memproduksi tekstil Lampung dengan kualitas sama pada zaman dahulu. Tetapi, hal ini tetap harus diupayakan," kata dia.

Dia mengingatkan di setiap peradaban tinggi umat manusia salah satu identitas yang mudah untuk dikenali adalah tekstil atau pakaian tradisional. Demikian halnya dengan produk ataupun identitas dari peradaban masyarakat Lampung yang menurutnya sudah berada pada level tinggi juga harus tetap terjaga keberadaannya.

"Wajar jika etnik Lampung itu kaya karena pada abad 17 atau 18 mereka menikmati harga lada tertinggi di dunia," kata dia.

Raih Penghargaan Peneliti Sosial 2010

TULISANNYA tentang masyarakat etnik Lampung ini mendapat perhatian mahasiswa asal Lampung, Admi Syarif. Admi merupakan dosen pada Universitas Lampung (Unila) yang tengah menempuh tugas belajar guna memperoleh gelar magister dan doktor di Jepang.

Admi terkagum-kagum dengan orang Jepang yang memiliki pengetahuan budaya Lampung, bahkan melebihi pengetahuannya sendiri tentang etnik Lampung.

Sekitar tahun 2005, mahasiswa yang menemuinya di Jepang ini telah menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Penelitian Unila. Ketika Admi menawarkan dirinya untuk kembali ke Lampung dalam rangka kerja sama penelitian antara Unila dan Kyoei University, Yamazaki pun mengamininya.

Dia terlibat dalam program pembuatan Kamus Bahasa Lampung dialek (O) serta penelitian sekaligus pembuatan film dokumenter tentang budaya tradisional masyarakat Lampung. Penelitian ini berbuah penghargaan penelitian sosial terbaik pada 2010 silam.

Saat ini, Yamazaki tengah menyusun sebuah proyek lanjutan tentang etnik Lampung, yaitu menulis buku tekstil Lampung. Hal ini membuat sosok kelahiran Chiba-ken, Jepang, pada 25 Mei 1946 kerap keliling Lampung untuk memburu beberapa produk tekstil Lampung klasik yang jumlahnya justru kian sedikit.

Berdasarkan penelusurannya, kain tapis Lampung bermutu tinggi kini berada di museum tekstil New York, Amerika Serikat. Dia menerangkan posisi kain tapis pada masyarakat etnik Lampung merupakan kain yang digunakan pada upacara adat atau begawi dan biasa.

Namun, pada 1980-an banyak pemburu barang antik dari luar negeri mencari kain tapis. Hal inilah yang membuat kain tapis bernilai tinggi. "Terlebih lagi teknologi kain ikat tusuk handak merupakan teknologi tinggi pada zamannya," kata dia. (ABDUL GAFUR/S-3)


BIODATA

Nama : Yoshie Yamazaki
Tempat, Tgl Lahir : Chiba-Ken, Jepang, 25 Mei 1946
Kebangsaan : Jepang
Jabatan : Profesor Dept of International Business Management Kyoei University of Japan
Spesialisasi : Studi perbandingan agama dan antropologi

Pendidikan
- 1978 : De Curse in The Dividion of Humanities, University of Tokyo (Major Comparative Religion)
- 1974 : M.A. in Division of Humanities University of Tokyo (Major Comparative Religion)
- 1970 : Special student in the Division Humanities Sciences Osaka University (Najor Sosiology)
- 1969 : B.A. in Tsuda College (Major English Literature).


Sumber:
Inspirasi, Lampung Post, Kamis, 17 Januari 2013

Wahrul Fauzi Silalahi
DIA dilahirkan dari keluarga petani kecil di Lampung Barat. Dengan modal niat dan logistik yang pas-pasan,pria ini meyakinkan langkahnya ke Bandar Lampung usai lulus SMA untuk meraih cita-citanya menjadi pejuang hukum.

Wahrul Fauzi Silalahi atau biasa dipanggil Fauzi adalah lulusan dari SMA Negeri 1 Liwa, Lampung Barat, pada 2004. Waktu itu dia diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila).

Sejak kecil, Fauzi memang bercita-cita ingin menjadi pejuang hukum. Karena keyakinannya itu, sampai saat ini ladang dan ruang geraknya dihabiskan untuk membela dan mengimplementasikan tujuan hidupnya, yaitu bermanfaat bagi orang lain.

Beruntung, sejak kecil dia sudah diajarkan hidup mandiri, hemat, dan kerja keras. Pengalaman organisasinya sebagai pemimpin di OSIS menjadikan Fauzi cepat keluar dari beragam masalah ekonomi yang mengimpitnya.

Saat kuliah, Fauzi sempat mengalami kesulitan biaya. Kiriman uang dari orang tuanya di kampung sering telat dan bahkan dia sampai tidak menerima kiriman uang bulanan. Padahal, Fauzi yang dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, 31 Agustus 1986, harus memikirkan uang makan, uang kuliah